Jangan Menggunjing
Ikhwani fiellah rahimahulloh.. !
Salah satu hal terpenting yang membedakan antara masyarakat Islam dengan
masyarakat lain ialah masyarakat Islam merupakan masyarakat yang penuh kasih
sayang, tolong-menolong, dan cinta kasih yang didasarkan pada prinsip-prinsip
kerjasama dan saling menghargai. Masyarakat Islam juga dibangun di atas pondasi
saling mencintai dan pola interaksi yang lemah-lembut. Tidak ada tempat bagi
sikap mau menang sendiri, egois, dan mementingkan diri sendiri. Hati para
warganya dipenuhi rasa cinta kepada sesamanya. Lidah mereka banyak menyebut
kebaikan dan kelebihan saudara-saudaranya. Mereka enggan menjatuhkan harga diri
saudara-saudaranya dan merusak kehormatannya. Mereka tidak menyimpan dendam
kesumat dan tidak suka menyiarkan gosip murahan. Sebagaimana digambarkan oleh
Allah di dalam firmanNya, artinya :
أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ
“Mereka
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
(QS. Al-Fath :29)
أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
Mereka
bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu'min,Tapi bersikap keras terhadap
orang-orang kafir. (QS. Al-mai’dah :54)
Saudara-saudara seiman dan seakidah ! Islam
telah melindungi umatnya dengan pagar internal yang sangat kokoh. Sebuah pagar
yang dapat mencegah runtuhnya bangunan dan goyahnya pilar-pilar umat. Islam
mendirikan pos-pos penjagaan dan pengamanan yang dapat melindungi bangunan
Islam dari palu-palu godam yang bisa menyusup ke dalam kemudian melakukan
perusakan dan mengadu domba penghuninya.
Islam meminta para pemeluknya untuk benar-benar
menjaga hak-hak iman dan ukhuwwah, dan mendamaikan pihak-pihak yang
bersengketa. Islam juga meminta umatnya menjaga lidahnya dari ucapan-ucapan
yang bisa mencemarkan nama baik orang-orang mukmin. Kemudian dijadikan benteng
yang kokoh untuk menekel kejahatan-kejahatan yang merusak dan penyakit-penyakit
sosial yang ganas dan dapat menyerang bangunan masyarakat dari pondasinya. Lalu
mengubahnya menjadi masyarakat yang selalu bertikai, berpecah belah, saling
mendendam dan saling memusuhi. Ketika itu terjadi, celakalah masyarakat yang
ditonton oleh musuh-musuhnya dari jauh, karena ia akan menjadi santapan yang
lezat bagi mereka.
Ikhwani fiellah rahimahulloh.. !
Ada sebuah penyakit kronis dan virus berbahaya yang merebak di tengah
masyarakat. Sedikit sekali majelis yang selamat dari penyakit ini. Dan jarang
ada masyarakat yang bebas darinya. Penyakit ini mengembangkan sayapnya pada
sebagian besar majelis, pada perkumpulan dan pertemuan kita, kecuali orang yang
dirahmati Allah. Ia memayungi forum-forum tersebut dengan naungan-naungannya
yang berat, meski sangat berbahaya bagi iman dan akhlak, dan memiliki dampak
yang luas terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Penyakit itu adalah ghibah
(menggunjing). Ia benar-benar merupakan prilaku tercela yang timbul akibat
lemahnya iman, kelancangan lidah dan kotornya hati. Pelakunya mencerminkan
watak yang buruk, perasaan yang jelek, akhlak yang lemah, ghirah
kebajikan yang kurang dan tabiat yang rendah.
Ghibah (menggunjing) adalah musibah besar yang
menimpa masyarakat. Ia memberikan pengaruh yang luar biasa pada hati dan jiwa.
Ia menimbulkan dampak yang sangat buruk dan aneh pada keluarga dan masyarakat.
Ia bekerja seperti api yang melahap ranting-ranting yang kering. Ia memisahkan
kakak dari adiknya, menjauhkan orang dari kekasihnya, merusak hubungan dengan
teman sejawat, dan mengganggu persahabatan. Penyakit ini telah banyak
memisahkan istri dari suaminya, anak dari ayahnya, dan kakak dari adiknya.
Betapa banyak tali yang ia putuskan dan fitnah yang ia timbulkan ! Betapa
banyak dendam yang ia letupkan dan rasa permusuhan yang ia kobarkan di dalam
dada ! Betapa banyak keburukan yang ia hadirkan ! Dan betapa besar bahaya yang
ia datangkan ! Bahkan tidak jarang peperangan yang terjadi antara satu negara
dengan negara lainnya dipicu oleh penyakit ini. Wal iyyadzubillah.
Seorang penggunjing adalah anggota yang beracun
di dalam tubuh masyarakat. Ia menyakiti Allah, Rasulnya dan orang-orang mukmin.
Ia adalah biang kerusakan di tengah umat Islam. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang suka membuat kerusakan.
Oleh karena itu, Ikhwani fiellah
rahimahulloh.. , Islam mengharamkan ghibah (menggunjing) secara
pasti. Bahkan Al-Qurthubi menyebut adanya ijma’ yang menyepakati bahwa ghibah
termasuk dosa besar. Bahkan dosanya setara dengan dosa membunuh, riba, berzina
dan dosa-dosa besar lainnya. Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan : “Ghibah
adalah penyakit kronis dan racun yang terasa di lidah lebih manis dari madu.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
menyjajarkan dosa ghibah dengan dosa membunuh dan merampas harta orang
lain. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu bahwasanya
beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Setiap muslim atas muslim lainnya haram
darahnya, hartanya dan kehormatannya.”
(Shahih Muslim, 2564 )
Hasan Al-Basri Radiyallahu ‘Anhu mengatakan
:
“Demi Allah, ghibah lebih ganas dalam
menggerogoti agama seorang mukmin dibanding kanker yang menggerogoti
tubuhnya.”
Yang lebih dahsyat dan lebih hebat dari itu
ialah firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya (QS. Al-Hujurat :12)
Saudaraku ! Renungkanlah susunan kalimat yang
digunakan dalam melarang ghibah yang disertai dengan kasian yang semakin
menambah keburukan masalah ini dan membuat perbuatan ini semakin jelek dan
keji. “Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang
lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.”
Karena memakan daging manusia merupakan sesuatu
yang secara naluriah sangat jelek, meskipun daging orang kafir. Lalu bagaimana
jika yang dimakan adalah daging saudaranya yang seagama ?! Tentu kejelekannya
akan semakin besar. Apalagi jika daging yang dimakan itu sudah mati dan menjadi
bangkai ?
Subhanallah ! Betapa besar bahaya ghibah ! Dan
betapa keji kejahatannya ! Subhanallah, Betapa banyak orang yang
menyepelekannya sekarang ini ! Bahkan ghibah seolah-olah menjadi menu wajib di
majelis-majelis mereka. Allahul musta’an.
Tentang makna ghibah, imam Muslim, Abu Daud dan
lain-lain meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda :
“ Tahukah kamu apa ghibah itu ? Allah dan
Rasulnya lebih tahu, “Jawab para sahabat. Beliau bersabda : “Kamu menyebut
saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya.” Bagaimana jika saudaraku itu
memang memiliki apa yang aku sebutkan ? tanya seseorang . Beliau menjawab :
“Jika ia memang memiliki apa yang kamu katakan, kamu telah menggunjingnya. Dan
jika tidak, berarti kamu telah memfitnahnya.”
Wahai orang-orang yang suka menggunjing !
Simaklah peringatan keras yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Abu Daud
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Wahai sekian orang yang beriman dengan
lidahnya dan hatinya belum dimasuki iman, janganlah kalian menggunjing
orang-orang muslim dan jangan membuntuti aurat mereka. Karena barangsiapa yang
suka membuntuti aurat mereka, maka Allah akan membuntuti auratnya. Dan
barangsiapa yang dibuntuti auratnya oleh Allah, maka Dia akan membeberkannya di
dalam rumahnya.” (HR.Ahmad, 4/420 dan Abu Daud, 4880 )
Ayyuhal ikhwah fillah !
Tahukah anta, apa hukuman bagi orang-orang yang suka menggunjing ? Simaklah,
wahai orang-orang yang mengira bahwa masalah ini sangat ringan. Abu Daud
meriwayatkan dari anas Radiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda:
“ Ketika aku dibawa naik (Mi’raj ke langit),
aku bertemu dengan kaum yang memiliki kuku dari tembaga. Mereka mencakari wajah
dan dada mereka sendiri. Lalu aku bertanya : “Siapakah mereka itu, hai Jibril ?
Jibril menjawab : ‘Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging
(menggunjing) manusia dan mencemarkan nama baiknya.” (Sunan Abi Daud, 4878 )
Dan ketika Aisyah Radiyallahu ‘Anha berkata
kepada nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
“Sesungguhnya Shofiyah itu begini begini,”
(maksudnya: tubuhnya pendek), beliau langsung bersabda : “Sungguh engkau telah
mengucapkan kata-kata yang andaikata engkau campur dengan air laut, engkau
pasti bisa merusaknya.”
(HR. Ahmad, 6/189, Abu Daud, 4875 dan
At-Tirmidzi, 2502).
Maksudnya : engkau pasti bisa mengubah air
menjadi busuk.
Dengarlah, wahai orang-orang yang suka
menyudutkan dan menyebarkan nama baik orang lain. Karena ada sebagian orang
yang menganggap dirinya sebagai hakim yang berhak menjatuhkan putusan terhadap
orang lain dalam satu kali sidang, bahkan dalam sekejap saja. Ia menyalahkan si
ini, menganggap dungu si itu. Ia membodohkan yang ini, dan menyesatkan yang
itu. Dan hal itu lebih mudah baginya dari pada meneguk air. Mana rasa takutnya
kepada Allah ? Mana rasa perasaan diawasi oleh Allah ? Mana kepeduliannya
terhadap kehormatan hak-hak orang lain ? Masalah ini sudah sampai pada
puncaknya dan sudah keterlaluan. Kondisinya benar-benar gawat dan berbahaya,
wahai umat Islam. Ini tidak boleh didiamkan dan dibiarkan begitu saja. Banyak
sekali forum-forum dan tempat-tempat berkumpul yang berubah fungsi menjadi
ajang untuk memasarkan rahasia pribadi orang. Dagingnya disajikan di atas
nampan azab. Perbuatan dan aksi mereka dianggap seperti buah-buahan yang
dihidangkan di tempat itu, padahal itu adalah api Neraka. Wal’iyadzubillah
!
Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya
sekelompok orang yang menjadi pengangguran terselubung. Mereka lebih suka
berbicara daripada bekerja. Mereka terbuai oleh kesantaian dan kemalasan.
Mereka tidak mampu mengikuti jejak orang-orang yang sungguh-sungguh dan bekerja
keras. Maka mereka pun membuat gosip dan kritik terhadapnya. Bisnis mereka
adalah mengkritik dan menyudutkan orang lain. Kebiasaan mereka adalah
mencari-cari kesalahan orang lain dan mengarahkan tudingan kepadanya, baik
secara tersirat maupun tersurat. Mereka membentuk forum-forum dan mengadakan
pertemuan-pertemuan untuk membahas bisnis palsu tersebut.
Hal ini adalah sesuatu yang benar-benar perlu
disesalkan dan disayangkan. Ini sangat menyolok, menyedihkan dan
memperhatinkan. Setan benar-benar telah mengelabuhi mereka.
Ibnul Qayyim Rahimahullah menyatakan : ‘Anehnya,
manusia dengan mudah bisa menghindar dari banyak hal yang diharamkan, tetapi
justru kewalahan mengendalikan gerakan lidahnya. Bahkan anda bisa melihat orang
yang dipuji agamanya, zuhudnya dan ibadahnya, tetapi dengan mudahnya
mengeluarkan kata-kata yang dimurkai Allah. Satu dari kata-kata itu bisa
menggelincirkannya dari timur ke barat.”
Hasan Rahimahullah berkata : “Kalau kamu
melihat seseorang sibuk dengan kekurangan orang lain dan membiarkan
kekurangannya sendiri, ketahuilah bahwa orang itu telah terpedaya.”
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Tahukah kamu, apa riba yang paling keji di
sisi Allah ? Mereka menjawab : Allah dan Rasulnya lebih mengetahui , Beliau
bersabda : ‘ Sesungguhnya riba yang paling keji di sisi Allah ialah
menghalalkan kehormatan seorang muslim. ” Kemudian beliau membaca firman Allah
:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَااكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Dan
orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min dan mu'minat tanpa kesalahan yang
mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang
nyata.
(QS. Al-Ahzab :58)
Wahai umat Islam ! Rasulullah shallallahu
‘Alaihi Wasallam telah mendidik Sahabat-sahabatnya dengan adab yang tinggi.
Beliau bersabda :
“Hendaknya tidak ada seorangpun yang
menyampaikan sesuatu kepadaku tentang salah seorang Sahabatku. Karena
sesungguhnya aku ingin menemui mereka dengan dada yang bersih.”
(HR. Abu Daud,4860 dan At-Tirmidzi,3896 )
Allahu Akbar ! Bandingkan hal ini dengan kondisi
orang-orang yang suka mencari-cari kesalahan orang. Mereka suka melebarkan
celah, membeber aib orang , membesar-besarkan masalah, mendramatisir keadaan,
berburuk sangka kepada sesama, dan membuat isu-isu yang provokatif. Banyak kata
yang mati seketika tanpa pernah beranjak dari tempatnya. Dan banyak pula kata
yang berubah menjadi percikan api, lalu diikuti dengan api yang menyala-nyala
dan melahap apa saja.
Mereka tergila-gila dengan kebiasaan
membeberkan aib orang, menyebarluaskan keburukannya, menyiarkan kekurangannya,
serta membuka tabir dan sisi negatifnya yang kelam. Baik dalam skala individu,
masyarakat, negara, pemerintah (rezim), lembaga maupun institusi. Baik di
lingkungan ulama (intelektual), orang awam, pemuda, lansia, laki-laki, wanita
maupun yang lain.
Cara yang diikuti oleh generasi salaf ialah
saling menasehati, bukan saling membuka aib. Umar Radiyallahu ‘Anhu berkata : “Perbanyaklah
menyebut nama Allah, karena itu adalah obat. Dan jangan suka menyebut aib
sesama, karena itu adalah penyakit.”
Qatadah mengatakan : “Kami pernah diberitahu
bahwa siksa kubur itu terbagi menjadi tiga bagian; sepertiga karena ghibah,
sepertiga karena air seni, dan sepertiga lainnya karena namimah (adu domba).
Ayyuhal Muslimun ! Ghibah
yang paling berbahaya ialah mendiskreditkan para pemimpin umat Islam. Yang
seharusnya dilakukan ialah mendoakan mereka, menunjukkan kebaikan mereka, dan
saling menasehati antara anda dengan mereka, agar dada masyarakat tidak
terbakar dan perasaan umat tidak terluka. Begitu juga para ulama, juru dakwah
dan penganjur kebaikan. Karena daging mereka beracun dan menggunjing mereka
tercela. Barangsiapa yang suka menyudutkan dan mencari-cari kesalahan, mereka
akan diuji oleh Allah dengan kematian hatinya sebelum kematian tubuhnya. Wal
iyyadzubillah ! Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Askar Rahimahullah. Karena
yang sempurna hanyalah Allah semata.
Siapa sih yang tidak pernah berbuat buruk ?
Dan siapa sih yang punya kebaikan saja ?
Dan siapa sih yang punya kebaikan saja ?
Bertakwalah kepada Allah, wahai kaum muslimin dan
muslimat. Sesungguhnya ghibah banyak terjadi di majelis-majelis kaum wanita
tentang Si Fulan dan Fulanah dalam bentuk yang mencengangkan. Dan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah melihat bahwa penghuni Neraka kebanyakan
adalah kaum wanita.
Bertakwalah kepada Allah , wahai para
penanggung jawab kemaslahatan umat. Jangan biarkan kebiasaan menggunjing makin
marak di lingkungan anda. Dan jangan sekali-kali percaya kepada omongan orang
tentang Si Fulan dan lain-lain kecuali setelah ada kejelasan dan chek
and recheck.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.
(QS. Al-Hujurat :6)
Bertakwalah kepada Allah, wahai para ulama’ dan
juru dakwah. Jagalah kehormatan saudara-saudara anda. Hadapilah semua orang
kendati mereka berbeda pandangan dengan anda dengan pandangan yang positif (positive
thingking). Jangan mau diadu domba oleh setan. Karena setan telah putus asa
untuk disembah oleh orang-orang yang rajin shalat. Maka, setan pun berusaha
mengadu domba anda. Dan jangan sampai hubungan baik yang terjalin di antara
anda semua dirusak oleh para penipu dan orang-orang bodoh yang tidak
bertanggung jawab.
Bertakwalah kepada Allah, wahai para pemuda
Islam. Jadilah satu kekuatan dalam mengemban misi kebaikan dan perbaikan.
Bersatulah dengan para ulama dan umara yang bertakwa kepada Allah. Rapatkan
barisan anda untuk menghadapi seragan lawan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman
:
فَاتَّقُوا اللهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنَكُمْ وَأَطِيعُوا اللهَ وَرَسُولَهُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Maka bertaqwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan diantara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang beriman". (QS. Al-Anfal :1)
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah Kedua :
Amma ba’du
Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Berusahalah untuk selalu memadukan hati. Rasakanlah selalu pengawasan Tuhan
Yang Maha Mengetahui hal-hal yang tersembunyi. Jauhilah majelis-majelis yang
penuh dengan ghibah. Karena akibat buruknya mencakup orang yang berbicara,
orang yang mendengar dan orang yang merestuinya. Dan jangan pernah silau dengan
banyaknya penggunjing.
Ayyuhal muslimun ! Kita
sudah tahu betapa besarnya bahaya dan keburukannya ghibah. Dan kita pun tahu
bahwa ghibah berupa menyebut apa saja tentang diri seorang muslim sedangkan ia
tidak menyukainya, baik mengenai perangai, bentuk fisik atau lainnya. Sedangkan
hikmah dari larangan menggunjing di dalam Islam ialah menjaga nama baik umat
Islam, memelihara kehormatannya dan melindungi masyarakat dari palu-palu godam
yang bisa merusak bangunannya dari dalam.
Ahibbati fillah ! Bila kita teliti ternyata penyebab dan pemicu muculnya penyakit berbahaya ini tidak lain adalah lemahnya iman, Juga termasuk upaya melampiaskan dendam dan amarah, mengikuti hawa nafsu, merasa diri paling hebat dan merendahkan orang lain. Karena secara tidak langsung orang yang menggunjing itu berkata : “Akulah yang sempurna dan merekalah yang salah. Akulah yang benar dan merekalah yang keliru.” Hal itu saja sudah cukup membuatnya menjadi orang hina dan bermoral rendah. Belum lagi ditambah dengan perasaan dengki, dendam dan permusuhan yang bersarang di dalam jiwa, serta kesewenang-wenangan terhadap orang lain yang tidak terkontrol dan terkendali.
Namun, para ulama seperti Al-Ghazali, An-Nawawi
dan lain-lain telah membuat enam pengecualian, di mana ghibah boleh
dilakukan karena darurat (terpaksa). Yaitu : mengadukan kedzaliman, meminta
fatwa, meminta bantuan untuk merubah kemungkaran, dan menasehati umat Islam
dari kejahatan, menunjukkan kefasikan yang dilakukan secara terang-terangan,
menyebutkan identitas seseorang ketika jati dirinya hanya bisa dikenal dengan
sifat tertentu.
Keenam hal itu terangkum dalam nadzam
berikut ini :
Menjelekkan orang yang tidak termasuk ghibah
dalam enam hal
Mengadukan kedzaliman, menunjukkan jati diri orang
Memperingatkan adanya bahaya, menunjukkan kefasikan
Meminta fatwa dan meminta bantuan untuk melenyapkan kemungkaran
Mengadukan kedzaliman, menunjukkan jati diri orang
Memperingatkan adanya bahaya, menunjukkan kefasikan
Meminta fatwa dan meminta bantuan untuk melenyapkan kemungkaran
Saudara-saudara yang seiman dan seakidah !
Terapi terbaik untuk mengatasi penyakit yang berbahaya ini ialah bertaubat
kepada Allah dengan cara menghentikan kebiasaan yang buruk ini, banyak
beristigfar, menghidari forum-forum ghibah, menjauhi orang-orang yang tidak
baik, mendoakan orang yang anda gunjingkan dan meminta maaf kepadanya, selalu
membaca doa kaffaratul majelis dan menutupnya dengan istigfar dan
taubat, membiasakan diri untuk berbaik sangka (positive thingkig) kepada
sesama dan berusaha mencarikan alasan yang bisa diterima (memaklumi
perbuatannya), menghindari isu-isu yang memanas-manasi dan perasangka buruk,
serta mengingat mati dan rumah Akhirat.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Al-Karkhi
Rahimahullah selalu berkata kepada orang yang mengghibah di sisinya : Hai bung
! Ingatlah saat kain kafan, kapas dan kapur barus dipasang di tubuhmu.”
Oh, betapa senangnya orang yang digunjing.
Karena ia bisa mendapatkan kebaikan dari orang-orang yang menggunjingnya.
Menurut salah satu riwayat, ketika Hasan Al-Basri mendapat informasi bahwa
seseorang telah menggunjingnya, ia langsung mengirimkan kurma segar sebanyak
satu nampan kepada orang tersebut dan berkata padanya : “ Aku mendapat
informasi bahwa kamu telah memberikan kebaikanmu kepadaku (dengan cara
menggunjingku). Maka aku ingin membalas kebaikanmu. Tetapi maafkanlah aku,
karena aku tidak bisa membalasnya dengan balasan yang setimpal.”
Ikhwani fiellah rahimahulloh.. !
Bertakwalah kepada Allah dan bertaubatlah kepadaNya dari segala macam dosa,
maka anda meraih kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan Akhirat. Mudah-mudahan
Allah berkenan menganugerahi kita semua taubat yang nasuha, dan kita
benar-benar bisa kembali ke jalan yang benar.
Wallou a'lam bishshawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar