Segala puji
hanya bagi Alloh Subhanahu wa ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasulalloh Shalallahu alaihi wasallam,keluarganya,
shahabatnya, dan Insya Alloh kepada kita semua yang tetap Istiqomah menetapi
jalan-Nya Aamiin.
Kaum muslimin
rahimakumulloh..
Nama Ahlus
Sunnah adalah nama yang tidak lepas dari sejarah Ummat Islam, sesuai perintah
yang jelas dari Rasulalloh shalallahu alaihi wasallam, yaitu agar senantiasa
berpegang teguh dengan Sunnahnya dan agar selalu menjauhi segala kebid’ahan
yang datang dari sesudah Sunnahnya sebagaimana dalam hadits Irbad bin Sariyah
radiallohu anhu:
”Wajib kalian berpegang teguh dengan Sunnahku
dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sepeninggalku, dan
hati-hatilah kalian dari perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru
adalah Bid’ah dan setiap Bid’ah adalah kesesatan”
(HR Ahmad fie Ashabus Sunan)
Maka Ahlus
Sunnah adalah representasi resmi dari Islam sebagaimana dikatakan oleh Imam
Bashir bin Harits, Islam adalah Sunnah dan Sunnah adalah Islam (Syarhu Sunnah
hal 126)
Tatkala
virus-virus Bid’ah menggerogoti Ummat ini dan munculnya berbagai macam kelompok
Bid’ah maka kaum Muslimin bersatu padu dibawah panji Ahlus Sunnah wal Jamaah
untuk mempertahankan kemurnian islam dan menepis rongrongan ahli bid’ah.
Muhammad bin
Sirrin berkata: “Dahulu para Ulama tidak menanyakan tentang Sanad, ketika
terjadi fitnah (Kelompok-kelompok Bid’ah) maka mereka berkata, “sebutkanlah
perowi kalian kepada kami” Maka dilihatlah kepada Ahlus Sunnah dan diambillah
Hadits mereka, dan dilihat para Ahlul Bid’ah tidak diambil Hadits mereka”
(Muqadimah Shahih Muslim) maka jadilah nama Ahlus Sunnah menjadi tolak ukur
kemurnian dan keshahihan ajaran Islam.
Tetapi ahli
Bid’ah dan Ahwa (Hawa nafsu) tidak tinggal diam, mereka menggunakan segala
macam cara untuk melariskan kesesatan mereka, termasuk mencakup nama Ahlus
Sunnah wal Jama’ah untuk mengelabui Ummat Islam tentang jati diri mereka, maka
muncullah klaim-klaim dari berbagai kelompok mereka bahwa mereka adalah Ahlus
Sunnah wal Jama’ah yang sesungguhnya, mulai dari kelompok-kelompok kawakan
seperti Asy’ariyah,Kullabiyah, hingga kelompok-kelompok modern seperti
Qhutubiyah Sururiyah.
Hanya saja
pengakuan-pengakuan mereka tidak didukung dengan realita yang ada pada mereka,
kenyataannya mereka selalu mnyimpang dan menjauhi As-Sunnah, bahkan mereka
begitu asyik dengan kebid’ahan mereka.
Dari sinilah
dibutuhkan Tahqiq (Verivikasi) manakah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang
sesungguhnya dari semua klaim yang ada.
Merupakan hal yang dimaklumi bahwa Islam datang dari Alloh subhanahu wa ta’ala
dan bukan dari pemikiran dan akal Manusia. Islam datang dari sisi Alloh dan
Rasul-Nya.
Rasulalloh
shalallohu alaihi wasallam telah menjelaskan Islam ini kepada para Shahabatnya
melaui Sunnah-sunnahnya, jadilah para Shahabat barisan terdepan dari Ahlus
Sunnah , dan barisan terbaik yang dengan rekomendasi dari Alloh dan Rasul-nya
yang menyatakan bahwa mereka adalah generasi terbaik Ummat ini, sehingga
keislaman para shahabat merupakan standar yang akurat dari keislaman para
generasi sesudahnya, barang siapa yang mengikuti jejak para shahabat dalam
mengamalkan Sunnah-Sunnah Rasulalloh shalallohu alaihi wasallam maka dialah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sesungguhnya, dan siapa yang menyeleweng dari
jalan para shahabat maka sungguh dialah alhul Bid’ah wal Ahwa meskipun ia
mengklaim dirinya serta kelompoknya sebagai Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Fudhail
bin Iyadh berkata:
“Jika aku melihat seorang Ahlus Sunnah maka seakan-akan aku melihat seorang shahabat Rasulalloh shalallohu alaihi wasallam, dan jika aku melihat seorang ahlul Bid’ah maka seakan-akan aku melihat seorang Munafiq”. (Syarhu Sunnah hal 126)
“Jika aku melihat seorang Ahlus Sunnah maka seakan-akan aku melihat seorang shahabat Rasulalloh shalallohu alaihi wasallam, dan jika aku melihat seorang ahlul Bid’ah maka seakan-akan aku melihat seorang Munafiq”. (Syarhu Sunnah hal 126)
Ibnu Hajm
berkata: “Ahlus Sunnah yang kami sebutkan adalah Ahlul Haq, dan yang selain
mereka adalah Ahlul Bid’ah, maka Ahlus Sunnah adalah para Shahabat dan setiap
orang yang menempuh mereka dari para Tabi’in kemudian Ashabul Hadits dan
orang-orang yang mengikuti mereka dari para Fuqoha, generasi-generasi
berikutnya hingga saat ini, demikian juga orang-orang yang mengikuti mereka
dari kalangan awam dari Timur dan Barat, semoga Alloh Subhanahu wa ta’ala
selalu merahmati mereka semuanya” ( Al-Fishal fiel Milal wal Ahwa wan Nihal,
2/271)
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah berkata: “Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang berpegang teguh
dengan Kitabulloh dan Sunnah Rasulalloh Shalallohu alaihi wasallam dan apa yang
disepakati oleh As-Sabiqunal Awwalun dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan
dari kalangan orang -orang yang mengikuti mereka dengan baik “ (Majmu Fatawa,
3/375)
Hasan Al-Basri
berkata:”Sesungguhnya Ahlus Sunnah adalah yang paling sedikit dari Manusia pada
zaman yang telah lewat, dan mereka paling sedikit dari Manusia pada zaman yang
tersisa, mereka adalah orang-orang yang tidak ikut-ikutan dengan orang yang
bermewah-mewahan dan tidak juga dengan Ahli Bid’ah dalam ke Bid’ahan mereka,
dan mereka sabar dalam menjalankan Sunnah hingga bertemu dengan Robb mereka”
(Sunan Darimi 1/83)
Maka
berbahagialah orang yang meninggal diatas Islam dan Sunnah, Alloh Subhanahu wa
ta’ala berfirman:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Qs Al-Baqarah
208)
Dalam ayat
ini Alloh Subhanahu wa ta’ala menjelaskan kepada kita bahwa masuk kedalam
Islam secara Kaafah adalah wajib adanya dengan kalimat “Udhulu fis silmi
Kaafah” (Masuklah kedalam Islam secara menyeluruh), mengikuti sistem hidup
seperti Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, mengambil hukum selain hukun Alloh
Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, mengambil tingkah laku selain tingkah laku
ajaran Islam adalah haram sesuai kalimat “Wala tat tabi’u khutuwatis syaithon”
(Janganlah engkau mengikuti langkah-langkah Syaithon) sebab ia adalah musuh
yang sangat jelas bagi orang yang beriman.
Hal ini telah
ditegaskan oleh Alloh Subhanahu wa ta’ala dalam ajaran Islam bahwa ajaran
Islam adalah ajaran yang sempurna dan lengkap tidak ada kekurangan didalamnya,
dimulai dengan hal-hal yang dianggap kecil sampai dengan hal yang besar, telah
dicontohkan oleh Rasulalloh shalallohu alaihi wasallam dalam Sunnahnya, dari
cara masuk kamar mandi, buang hajat, menyisir, memakai baju, bersenda gurau
dengan anak dan istri telah dicontohkan oleh Rasulalloh shalallohu alaihi
wasallam, apalagi dengan hal-hal yang berkaitan dengan perkara yang lebih
besar dari itu dan berhubungan dengan kemaslahatan diri dan Masyarakat
dunia akhirat, maka tentunya lebih diperhatikan dan telah diajarkan oleh
Rasulalloh shalallohu alaihi wasallam, jika tidak, maka betapa Dhoif (lemah)
nya ajaran Islam, kenapa? karena yang dianggap kecil diajarkan, sedangkan yang
menyangkut perkara yang sangat besar dan yang menyangkut kemaslahatan diri
dan Masyarakat tidak diajarkan, sungguh sangat Ironis sekali.
Kaum muslimin
rahimakumulloh..
Salah satu hal
yang berhubungan keselamatan diri serta Ummat Islam dunia dan Akhirat adalah
Jama’ah yang Haq, tentunya hal ini telah dipraktekkan oleh Rasulalloh
shalallohu alaihi wasallam dan para shahabat dari kalangan Muhajirin wal
Anshor radiallohu anhu, karena mereka senatiasa berjama’ah, berta’awun alal
birri wat-taqwa sebagaiman telah diperintahkan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala
dalam banyak firmannya.
Tegasnya ahlus sunnah wal jama’ah adalah mereka yang senantiasa menjadikan
tolak ukur kebenaran adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan cara masuk
Islam secara Kaafah dan tidak setengah-setengah, dimulai dari perkara-perkara
yang dianggap kecil sampai dengan perkara-perkara yang besar, dari perkara
pribadi,keluarga, berjama’ah /bermasyarakat persis dan Ittiba’ /mengikuti
Rasulalloh shalallohu alaihi wasallam sebagai utusan yang menunjukkan jalan
keselamatan didunia fana dan akhirat yang baqaa.
Kemudian mereka
tidak setengah-setengah dalam menolak ajaran yang datang setelah Islam,
sebagai perkara baru yang sesat menyesatkan, yang menunjukkan jalan kesusahan
dan kesempitan sampai pada titik kecelakaan yang tiada tara dan tidak ada
duanya yaitu, adzab Neraka yang nista dan teramat pedih siksa-Nya.
Ahlus Sunnah
wal Jama’ah tidak hanya memperhatikan hal-hal yang bersifat furu’iyyah
(cabang-cabang Agama) seperti bagaimana kaifiyat Sholat,Rukun Sholat, Syarat
Sholat, bagaimana batal Sholat, Qunut dan tidak qunut pada sholat subuh dan
hal-hal lain yang serupa, tapi mereka benar-benar mangamalkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah dari perkara A-Z.
Tapi kita lihat
sekarang betapa banyak yang mengklaim Ahlus Sunnah wal Jama’ah mungkin
hanya sibuk dengan urusan membid’ahkan, menyalahkan beberapa golongan bahkan
beranggapan tidak afdhol kalau yang menyampaikan bukan Syaikh mereka,dan mereka
tidak berani kritis terhadap fatwa-fatwa yang disampaikan, mereka hanya
menerima dengan alasan kami mengikuti ahli ilmu dan Hikmah dari Al-Qur’an dan
Sunnah Rasulalloh shalallohu alaihi wasallam.
“Apakah
demikian Ahlus Sunnah wal Jama’ah”?
Mari kita
bersihkan hati terus pupuk diri dengan ilmu Illahi yang benar, dan mampu
menunjukkan kebenaran yang hakiki, jauhkan kebiasaan saling menyalahkan,
karena yng harus dilakukan adalah menda’wahkan kebenaran dengan cara yang
benar, dengan hikmah, Mau’idhoh /pengajaran yang baik dan dengan beragumen
dalam berdebat dengan cara yang lebih baik dan disenangi oleh sang Kholiq yaitu
Alloh subhanahu wa ta’ala.
Kaum muslimin
rahimakumulloh..
Berkenaan
dengan Urgensitas Amir/Pemimpin kaum Muslimin dan Jama’ah mereka yang haq,
Syaikhul Islmam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa dalam Bab Urgensitas
Pemerintahan Islam, beliau berkata: ”Harus diketahui bahwasannya memimpin
urusan Ummat Manusia merupakan tugas Agama yang paling besar, bahkan
Agama dan Dunia tidak dapat tegak melainkan dengannya (Kepemimpinan). sebab
kepentingan manusia itu hanya dapat dipenuhi dengan berjama’ah/bermasyarakat,
karena satu sama lain saling menbutuhkan, dan pada saat berkumpul itu harus
mempunyai pemimpin, sampai-sampai Rasulalloh shalallohu alaihi wasallam
bersabda:
”Jika tiga orang keluar dalam perjalanan maka
hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka menjadi Amir sebagai
pemimpinnya”
(HR Abu Daud dari Hadits Abu Said dan Abu
Hurairah).
Kemudian
dikutip dari Hadits Imam Ahmad dalam Al-Musnad dari Abullah bin Amr, bahwa Nabi
shalallohu alaihi wasallam bersabda:”Tidak halal bagi tiga orang yang berada di
gurun pasir kecuali mereka mengangkat salah satu dari mereka menjadi
Amir/Pemimpin.
Hadits
selanjutnya yang dinukil olehnya adalah, Hadits Riwayat Muslim dalam
Al-Iman,55/95 dan At-Tirmidzi dalam Al-Birr wa Ash-shilah, no 1926 dan ia
menilai bahwa hadits ini hasan shahih, yaitu:” Agama itu nasihat,Agama itu
nasihat,Agama itu nasihat,”. Mereka (Para shahabat) bertanya:”Bagi siapa ya
Rasulalloh? Beliau menjawab:” bagi Alloh, Kitab-Nya, serta seluruh pemimpin
Ummat Islam dan Rakyatnya”.
Maka yang wajib
adalah menjadikan kekuasaan sebagai ketaatan (Dien) dan Ibadah (Qurbah) untuk
mendekatkan diri kepada Alloh subhanahu wata’ala didalamnya, dengan mentaati
Alloh subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya merupakan pendekatan diri yang paling
utama, Ikhwal kebanyakan manusia rusak didalamnya hanyalah mencari kedudukan
atau harta lewat kekuasaan tersebut.
Selanjutnya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:”Puncak dari orang yang menginginkan
kedudukan adalah seperti Fir’aun, dan pengumpul harta akan seperti
Qorun” kemudian beliau mengutip firman Alloh subhanahu wata’ala:
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan
di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum
mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih
banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan
dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah.
(Qs Al-Mu’min 21)
Dari uraian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tadi dapat kiranya kita mengambil
kesimpulan bahwa perkara Ulil Amri/Pemimpin kaum Muslimin/ Khalifah/Amirul
Mu’minin adalah yang sangat dan sangat diperhatikan oleh Ahlus Sunnah wal
Jama’ah lebih dari sekedar masalah-masalah furu’iyyah (cabang-cabang Agama)
yang oleh sebagian besar kaum Muslimin selalu diperdebatkan.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mencari kebenaran, dan memulai
untuk memikirkan diri, keluarga dan Masyarakat, sudahkah kita berjama’ah
sebagai mana mestinya menurut Alloh subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya?
Jawabannya
tidak perlu tergesa-gesa, karena perlu adanya pengakajian Ilmu sebagai landasan
untuk berpijak, supaya kita tidak lagi terperosok lagi dengan memasuki berbagai
macam organisasi-organisasi, jama’ah yang merupakan produk Ro’yu manusia yang
dho’if (lemah dan jauh dari kesempurnaan).
Semoga dengan berjama’ah kita dijauhkan dari sifat tamak akan harta dunia dan
kekuasaan.
Wallahu ‘alam bisshawwab.
Wallahu ‘alam bisshawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar