Di
antara masalah yang (merupakan bencana yang merata) adalah bencana musik dan
lagu-laguan. Allah ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي
لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا
هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan
di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan lahwal hadits (Hal-hal dan
perkataan yang tak berguna) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.”
(QS. Luqman : 6)
Memang
kenyataannya demikian, musik dan lagu-laguan yang notabene merupakan lahwal
hadits telah menghambat manusia dari memahami Al-Qur’an bahkan dari membacanya.
Telinga yang semestinya penuh dengan ayat-ayat Al-Qur’an sekarang telah
tersumbat dengan lagu-laguan, mulut yang semestinya basah dengan bacaan
Al-Qur’an sekarang basah dengan lagu-laguan.
Allah
ta’ala berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لا
تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
“Dan
orang-orang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengarkan akan Al-Qur’an ini dengan
sungguh-sungguh dan (buat) hiruk pikuklah terhadapnya supaya kamu bisa
mengalahkan (mereka) (QS. Fushshilat: 26)
Maha
benar Allah, mereka telah membikin hiruk pikuk dengan siaran TV, Radio, Kaset,
dll, yang kebanyakan melalaikan dari Al Qur’an.
Allah
ta’ala berfirman:
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ
تَعْجَبُونَ (٥٩) وَتَضْحَكُونَ وَلا تَبْكُونَ (٦٠) وَأَنْتُمْ سَامِدُونَ (٦١)
“Maka
apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini ? Dan kamu mentertawakan dan
tidak menangis. Sedang kamu melengahkan (nya)”. (QS. An Najm
59-61)
Saamidun
berasal dari kata AS-Samadu, Ibnu ‘Abbas berkata As-Samadu dalam bahasa
Himyar adalah Al-Ghinaa (lagu-laguan).
Jadi
arti Saamidun: kalian bernyanyi. Dalam ayat itu Allah mengingkari perbuatan
orang kafir
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيَكُوْ نَنَّ فِىْ أُمَّتِىْ
اَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَّ وَ الْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ
وَالْمَعَازِفَ (رواه البخارى)
“Sungguh
akan ada pada umatku kaum-kaum yang menganggap halal (menghalalkan)
zina, memakai sutra (laki-laki maksudnya), khomr (minuman keras) dan alat
musik”. (HR. Bukhari)
Kabar
rasul ini telah terjadi, seperti yang kita alami.
Allah
ta’ala telah memberi tanda ‘Ibaadurrahman (hamba-hamba Allah Yang Maha
Penyayang) Dalam firmanya:
وَالَّذِينَ لا يَشْهَدُونَ الزُّورَ
وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (٧٢)
“Dan
(mereka itu) orang-orang yang tidak menyaksikan Azzur, dan apabila mereka
bertemu dengan (orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaidah mereka berlalu saja dengan menjaga kehormatan”. (QS. Al-Furqan:
72)
Muhammad
Ibnu Al Hanafiyyah rahimahullah berkata Azzur : adalah
(lagu-laguan) dalam ayat ini.
Ibnu
Masud radliyallahu ‘anhu berkata :
Al-Ghinaa itu menumbuhkan kenifaqan di dalam hati sebagai mana air mensuburkan
tanaman.
Yazid
Ibnu Alwalid berkata: Hati-hatilah kalian
terhadap musik karena hal itu mengurangi sifat malu, menambah nafsu birahi
(syahwat), menghancurkan muru‘ah (harga diri dan sifat-sifat mulia). Dia
itu pendamping khamr, dan bereaksi seperti reaksinya sesuatu yang memabukan.
Dan
dikatakan: bahwa Al-Ghinaa itu pembimbing segala kema’shiyatan.
Imam
keempat madzab rahimahumullah mengatakan pelarangan Al-Ghinaa :
- Imam Abu Hanifah berkata; “Bersengaja mendengarkan (musik dan lagu-laguan) adalah kefasikan.
- Imam Malik berkata ketika ditanya tentang Al-Ghinaa itu hanya dilakukan oleh orang-orang fasiq.
- Imam Asy Syafiy berkata , Al-Ghinaa “Adalah لـهو(permainan) yang dibenci sekali, dan persis (sama) dengan kebathilan. Dan barang siapa yang banyak melakukannya maka dia itu سفيه (orang lemah akalnya) yang ditolak kesaksiannya.
- Imam Ahmad Ibnu Hambal berkata, Al-Ghinaa itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, saya tidak tertarik sama sekali.
Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ
مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ
“Dan
hasunglah siapa yang kamu sanggupi diantara mereka dengan suara kamu”. (Al
Isra: 64)
Imam
Mujahid berkata: Suara syaitan adalah
Al-Ghinaa
Diujung
tulisan ini saya tuturkan perkataan Syaikh Azzahrany:
حُبُّ الْكِتَابِ وَحُبُّ ألْحَانِ
الْغِنَا – فىِ قَلْبِ عَبْدٍ لَيْسَ
يَجْتَمِعَانِ
Cinta
Al-Kitab (Al-Qur’an) dan cinta lantunan musik
Di
hati seorang hamba tidak mungkin keduanya berkumpul.
(Diambil
dari kitab Wiqayatul Insan dan yang lainnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar