KHUTBAH PERTAMA :
إِنَّ الْحَمْدَ
لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah
Pada kesempatan
yang mulia ini, khatib mengajak dan mengingatkan diri khatib sendiri serta
jamaah pada umumnya agar senantiasa meningkatkan iman dan takwa kepada Allah
Subhanahu Wata’ala, dengan melaksanakan ketaatan kepadaNya sesuai dengan nur
atau cahaya dari Allah Subhanahu Wata’ala yang telah disampaikan oleh
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, karena kita mengharapkan ridha dan
pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala, dan kita tinggalkan maksiat kepada Allah
Subhanahu Wata’ala sesuai dengan nur yang telah disampaikan Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam karena kita takut akan azab dan siksaNya. Dan kita
jadikan takwa ini sebagai bekal kita dalam mengarungi kehidupan, baik di dunia
yang fana ini atau di akhirat yang kekal kelak, karena dia adalah sebaik baik
bekal. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
"Berbekallah
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa."
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah
Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
"Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Ali Imran: 133).
Dan dalam ayat
lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
خِتَامُهُ مِسْكُُوَفيِ ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
"Dan untuk
yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (Al-Muthaffifin: 26).
Dan dalam ayat
lain Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
لِمِثْلِ هَذَا فَلْيَعْمَلِ الْعَامِلُونَ
"Untuk
kemenangan serupa ini, hendaklah orang-orang yang be-kerja berusaha." (Ash-Shaffat: 61).
Dalam ketiga
ayat ini, Allah Subhanahu Wata’ala menyuruh kita untuk berlomba-lomba atau
bersegera dalam mendapatkan surgaNya, namun yang menjadi pertanyaan sekarang
adalah dengan apa surga itu diraih?
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah
Kaum Muslimin Sidang Jum'at Rahimakumullah
Ada beberapa
jalan untuk meraih surga, dan di antara jalan itu adalah taat kepada orang tua.
Dan cukup banyak ayat-ayat al-Qur`an yang menerangkan tentang itu. Bahkan dalam
beberapa ayat, Allah Subhanahu Wata’ala merangkaikan ketaatan kepada orang tua
dengan beribadah kepadaNya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
"Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun." (An-Nisa`: 36).
Dan dalam suatu
surat, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya." (Al-Isra`: 23).
Diulang-ulangnya
ayat yang menerangkan berbuat baik kepada orang tua, dan dirangkaikannya
ketaatan kepada keduanya dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala
menunjukkan tentang keutamaan berbakti kepada kedua orang tua (birrul
walidain).
Hal ini juga
didukung dengan beberapa hadits Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam yang
menerangkan tentang keutamaan birrul walidain. Di antara hadits itu adalah
apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu :
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلّم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ الله، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوْكَ.
"Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam , lalu bertanya,
'Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?'
Rasulullah menjawab, 'Ibumu'. Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah
menjawab, 'Kemudian ibumu'. Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah
menjawab, 'Kemudian ibumu.' Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah
menjawab, 'Kemudian bapakmu'." (HR. al-Bukhari, no. 5971; dan Muslim, no.
2548).
Dan dalam
hadits lain disebutkan :
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلّم يَسْتَأْذِنُهُ فِي الْجِهَادِ، فَقَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلّم: أَحَيٌّ وَالِدَاكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلّم: فَفِيْهِمَا فَجَاهِدْ.
"Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam meminta izin
kepada-nya untuk ikut berjihad. Maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya kepadanya, 'Apakah kedua orang tuamu masih hidup?' Dia menjawab, 'Ya.'
Maka Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, 'Berjihadlah
(dengan berbakti ) pada keduanya'." (HR. al-Bukhari, no. 3004; dan Muslim, no.
2549).
Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Keutamaan birrul
walidain yang lain adalah bahwa hal itu merupakan sifat para Nabi
‘alaihimussalam. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman tentang Nabi Nuh
‘alaihissalam :
رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلاَتَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلاَّ تَبَارًا
"Ya Rabbku
ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan
semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kebinasaan." (Nuh: 28).
Allah Subhanahu
Wata’ala juga mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang memintakan ampun
untuk bapaknya dengan FirmanNya :
قَالَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
"Ibrahim
berkata, 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku'." (Maryam: 47).
Juga pujian
Allah kepada Nabi Yahya ‘alaihissalam :
وَبَرَّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا
"Dan
banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan-lah orang yang sombong
lagi durhaka." (Maryam: 14).
Juga pujian
Allah kepada Nabi Isa ‘alaihissalam :
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
"Dan
berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai seorang yang
sombong lagi celaka."
(Maryam : 32)
Itulah sirah
dan sikap para nabi kepada orang tua mereka, dan jalan mereka itulah jalan yang
lurus (shirath al-Mustaqim) yang selalu kita minta dalam shalat kita.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
"Tunjukilah
kami jalan yang lurus." (Al-Fatihah: 6).
Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman :
وَمَن يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلاَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلاَئِكَ رَفِيقًا
"Dan
barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), maka me-reka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah dari
kalangan para nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
yang shalih. Dan mereka itulah sebaik-baiknya teman." (An-Nisa`: 69).
Dan inilah
salah satu jalan untuk meraih surga.
Namun yang
perlu diperhatikan adalah bahwa berbuat baik kepada keduanya bukan berarti kita
harus melaksanakan semua perintah mereka.
Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman :
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukanKu dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutlah jalan orang yang kembali
kepadaKu, kemudian hanya kepadaKulah kembalimu, maka Aku beritakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan." (Luqman: 15).
Sa'ad bin Malik
radhiallahu ‘anhu berkata, "Ayat ini diturunkan berkaitan dengan
masalahku." Dia berkata, "Aku adalah seorang yang berbakti kepada
ibuku, maka tatkala aku masuk Islam, dia berkata, 'Wahai Sa'ad, apa hakikat
yang aku lihat pada agama barumu? Tinggalkan agama barumu itu, kalau tidak, aku
tidak akan makan dan minum sampai aku mati sehingga kamu dicela dengan sebab
kematianku, dan kamu akan dipanggil dengan 'Wahai pembunuh ibunya'. Maka aku
katakan kepadanya, 'Jangan kamu lakukan wahai ibuku, karena aku tidak akan
meninggalkan agamaku ini untuk siapa pun juga. Maka dia (ibu Sa'ad) diam, tidak
makan selama sehari semalam, maka dia kelihatan sudah payah. Kemudian dia tidak
makan sehari semalam lagi, maka kelihatan semakin payah. Maka tatkala aku
melihatnya, aku berkata kepadanya, 'Hendaklah kamu tahu wahai ibuku, seandainya
kamu memiliki seratus nyawa, dan nyawa itu melayang satu demi satu, maka tidak
akan aku tinggalkan agama ini karena apa pun juga, maka kalau kau mau makan,
makanlah, kalau tidak, maka jangan makan,' lantas dia pun makan." (Tafsir
Ibnu Katsir).
Walaupun kita
harus berbuat baik kepada keduanya, bukan berarti kita boleh memintakan ampunan
kepada Allah Subhanahu Wata’ala bagi mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman
:
مَاكَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَن يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُوْلِى قُرْبَى مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
"Tidak
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun
(kepada Allah ) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu
adalah kaum kerabatnya, sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang
musyrik itu, adalah penghuni Neraka Jahanam." (At-Taubah: 113).
Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Jamaah Jum'at Rahimakumullah
Allah Subhanahu
Wata’ala menyediakan pahala yang besar bagi siapa saja yang taat pada orang
tuanya. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ.
"Ridha
Allah berada pada ridha orang tua dan murka Allah berada pada murka orang
tua." (HR.
at-Tirmidzi, no. 1899; dan dishahihkan oleh al-Albani).
Ibnu Mas'ud
radhiallahu ‘anhu berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah sallallahu
‘alaihi wasallam, 'Apakah perbuatan yang paling utama?' Rasulullah menjawab,
'Iman kepada Allah dan RasulNya.' Dia bertanya, 'Kemudian apa-lagi?' Rasulullah
menjawab, 'Berbuat baik kepada orang tua.' Dia bertanya, 'Kemudian apalagi?'
Rasulullah menjawab, 'Berjuang di jalan Allah'." (HR. al-Bukhari, Kitab
al-Hajj dan Muslim, Bab Bayan kaunil iman billah min afdhalil a'mal).
Dan pahala yang
besar ini tidak mudah kita dapatkan kecuali dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban
kepada orang tua kita.
Semoga Allah
Subhanahu Wata’ala memberikan taufik dan kekuatan kepada kita semua, supaya
kita bisa berbuat baik kepada kedua orang tua kita.
بَارَكَ الله
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA :
اَلْحَمْدُ لله
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ
وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ:
Ada beberapa
kewajiban kita terhadap orang tua yang mungkin dapat khatib sampaikan dengan
ringkas karena keterbatasan waktu.
Yang pertama, berbuat baik kepada keduanya; baik dengan
perkataan atau perbuatan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
"Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut (dalam
pemeliharaanmu), maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia."
(Al-Isra`: 23).
Yang kedua, rendah hati terhadap keduanya. Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman :
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
"Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan." (Al-Isra`: 24).
Yang ketiga, mendoakan keduanya; baik semasa hidupnya
ataupun sesudah meninggalnya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Dan
ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua
telah mendidikku waktu kecil'." (Al-Isra`: 24).
Dan Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُوْ لَهُ.
"Apabila
anak Adam mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: Sedekah
jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim).
Yang keempat, menaati keduanya dalam kebaikan. Allah
Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukanKu dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik." (Luqman: 15).
Yang kelima, memintakan ampun bagi keduanya sesudah
meninggal, yaitu apabila meninggal dalam keadaan Islam. Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman menceritakan tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam :
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
"Ya Rabb
kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang-orang Mukmin pada
hari terjadinya hisab (kiamat)." (Ibrahim: 41).
Juga Firman
Allah Subhanahu Wata’ala tentang Nabi Nuh ‘alaihissalam :
رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلاَتَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلاَّ تَبَارًا
"Ya
Rabbku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman
dan semua orang beriman laki-laki dan perempuan, dan janganlah Engkau tambahkan
bagi orang-orang yang zhalim itu selain kebinasaan." (Nuh: 28).
Dan juga dalam
hadits yang disebutkan tadi.
Yang keenam, melunasi hutangnya dan melaksanakan wasiatnya,
selama tidak bertentangan dengan syari'at. Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wasallam membenarkan ucapan seorang wanita yang berpendapat bahwa hutang ibunya
wajib dilunasi, dan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menambahkan bahwa
hutang kepada Allah Subhanahu Wata’ala berupa puasa nadzar, lebih berhak untuk
dilunasi.
Yang ketujuh, menyambung tali kekerabatan mereka berdua,
seperti paman dan bibi dari kedua belah pihak, kakek dan nenek dari kedua belah
pihak. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيْهِ.
"Sesungguhnya
sebaik-baik hubungan silaturahim adalah hubungan silaturahim seorang anak
dengan teman dekat bapaknya." (HR. Muslim).
Yang kedelapan, memuliakan teman-teman mereka berdua.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam memuliakan teman-teman istrinya tercinta
Khadijah radhiallahu ‘anha, maka kita muliakan pula teman-teman istri kita. Dan
teman-teman orang tua kita lebih berhak kita muliakan, karena di dalamnya ada
penghormatan kepada orang tua kita.
Semoga Allah
Subhanahu Wata’ala tidak menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang
mendapati masa tua orang tuanya, namun kita tidak bisa berbuat baik kepadanya,
karena berbakti kepada keduanya adalah salah satu jalan untuk meraih surga.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar